Inklusif Mengajarkan Anak toleransi – Anak itu seperti kertas putih yang siap kita berikan berbagai warna dan coretan. Mengajarkan anak tentang toleransi kepada orang – orang sekitar merupakan hal yang sangat penting diajarkan sejak dini. Namun, sebelum mengajarkan toleransi kepada anak, Sudahkan kita sebagai orang tua benar – benar faham tentang cara bertoleransi? Sebelum mengajarkan anak tentang inklusif, sudahkan kita sebagai orang tua bergaul membaur tanpa membedakan kondisi orang lain?
Inklusif merupakan lawan dari ekslusif, seseorang memposisikan diri kita terhadap kondisi orang lain atau kelompok, sehingga membuat kita dapat memahami kondisi orang lain atau kelompok dari persepsi mereka.
Daftar Isi
- Pentingnya Inklusif Sejak Dini
- Toleransi Tidak Hanya Tentang Agama
- Toleransi Solusi Stigma dan Perundungan
- Menjadikan Anak Menghargai Perbedaan
- Mengajarkan Toleransi dengan pendidikan Inklusif
- 1. Memiliki Teman Berbeda Keyakinan
- 2. Memiliki Teman Berkebutuhan Khusus
- 4. Anak Normal Bersyukur, Anak ABK Percaya Diri
- Semua Orang Memiliki Hak Sama
Pentingnya Inklusif Sejak Dini
Terkadang saat seorang anak melakukan perbuatan yang tidak baik, aku mendengar beberapa orang tua mengatakan, “Tidak apa – apa, dia masih kecil”. Menurutku itu tidaklah benar, pembentukan akhlak dan karakter seorang anak harus dimulai sejak dini, bahkan sejak dia masih bayi. Karena konsep baik, buruk, dan menghargai orang lain merupakan pondasi dasar akhlak dan tingkah laku seorang anak dimasa depan. Sepintar dan sesukses apapun seseorang, tidak akan ada artinya jika tidak memiliki akhlak yang baik.
Negara Indonesia tercinta ini merupakan sebuah negara yang majemuk, memiliki kondisi masyarakat yang berbeda satu sama lain. Mengamalkan semboyan negara “Bhineka Tunggal Ika”,mengharuskan kita sebagai orang tua bijak dalam mendidik anak. Penting untuk kita mendidik anak dengan cara inklusif dan membaur dengan masyarakat luas, bukan hanya dengan satu gologan dan kelompok yang sama dengan kita. Cobalah secara perlahan, tanamkan pada anak kita tentang menghargai orang lain agar membentuk rasa empati dalam dirinya. Sebisa mungkin, hindarkan bersikap mengejek dan merendahkan orang lain didepan anak, karena hal tersebut akan membentuk akhlak yang tidak baik dimasa depan anak nantinya.
Baca Juga : Pentingnya Inklusi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Toleransi Tidak Hanya Tentang Agama
Toleransi yang seringkali menjadi sorotan di tengah masyarakat adalah toleransi agama. Hal tersebut sangatlah wajar karena pembahasan tentang agama sangatlah sensitif dan perlu pemahaman toleransi yang baik dan benar. Sebenarnya, toleransi tidak hanya tentang agama, toleransi memiliki cakupan yang luas disemua aspek kehidupan seperti aspek sosial, rasial, agama, seksual, kesehatan dan pemikiran. Walaupun setiap aspek kehidupannya memang berbeda, namun konsep toleransi tetaplah sama, yaitu tentang menghargai orang lain.
Toleransi merupakan sikap seseorang yang menerima berbagai bentuk pemikiran, keyakinan, cara hidup dan kondisi orang lain yang berbeda darinya, tanpa mencela maupun mengkritik perbedaan tersebut. – Wikipedia
Toleransi Solusi Stigma dan Perundungan
Akhir – akhir ini, semakin sering saja ku dengar anak – anak yang mengalami perundungan, baik secara langsung maupun melalui daring. Perundungan dan stigma ini sering sekali terjadi dikalangan anak – anak, dikarenakan kurangnya pemahaman tentang toleransi terhadap sesama. Anak – anak sendiri sebetulnya sangat mudah meniru dan diarahkan oleh orang dewasa. Oleh karna itu sangat penting untuk kita para orang tua, untuk mengajarkan dan memberi contoh sikap toleransi.
Ketika anak – anak melakukan perundungan, maka tugas orang tualah yang mendidik dan meluruskannya. Namun, Beberapa bulan yang lalu, aku merasa sangat sedih sekali karena salah satu anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan langka seperti anak saya, mengalami perundungan secara daring. Ternyata yang melakukan perundungannya adalah seorang ibu – ibu, aku tidak mengerti apakah rasa empatinya hilang atau mungkin tidak terbentuk. Dari kasus tersebut terdapat sebuah keprihatinan, karna adanya perudungan dari seorang ibu terhadap ibu lain (anaknya). Sangat disayangkan sekali perundungan ini terjadi, seorang ibu yang harusnya dapat menjadi contoh anaknya untuk berakhlak mulia, malah dia sendiri yang memiliki akhlak yang kurang bagus. Dimana hal seperti ini sebenarya dapat dicegah dengan pemahaman toleransi yang baik yang harus dibentuk pondasinya sejak masa anak – anak.
Menjadikan Anak Menghargai Perbedaan
Mengajarkan sesuatu pada anak akan lebih efektif jika langsung dengan praktik nya. Begitu juga dengan pemahaman toleransi yang kita tanamkan pada anak. Saat anak kita merasakan langsung dan bergaul dengan teman ataupun orang lain yang memiliki kondisi berbeda darinya, dia akan lebih mudah merasakan kondisi orang lain. Oleh karena itu, sangat penting untuk kita menerapkan inklusif terhadap anak agar anak dapat lebih memahami arti perbedaan. Ketika anak memahami toleransi sejak dini, maka dia tidak akan mudah melakukan perundungan kepada temannya yang berbeda kondisi.
Anak – anak sendiri sangat mudah sekali berempati, sehingga kita dapat lebih mudah menanamkan pemahaman toleransi kepada anak. Seperti halnya yang terjadi pada anakku dan adik tiriku yang masih masih balita. Ketika adik tiri saya bergaul dengan anak saya dengan kondisi berkebutuhan khusus, adik saya dapat mengerti dan berempati ketika dia bertemu dengan anak – anak lain yang memiliki kondisi yang sama dengan anak saya.
Baca Juga : Lissencephaly, Kelainan Langka pada Otak Anak
Mengajarkan Toleransi dengan pendidikan Inklusif
Sekarang ini sudah banyak sekali sekolah yang menerapkan inklusif, mulai dari PAUD hingga SMA. Saat anak masih belum memasuki masa sekolah, kita dapat melakukan inklusif untuk mengajarkan toleransi pada anak kita dengan cara berbaur dimasyarakat dengan individu yang memiliki berbagai kondisi. Baik itu kondisi fisik, sosial ekonomi, maupun perbedaan agama. Sedangkan ketika anak berusia masa sekolah, kita dapat memberikan pendidikan inklusif dengan memasukan nya kesekolah yang menerapkan sistem inklusif.
Sistem pendidikan inklusif diseolah sangatlah penting untuk perkembangan mental dan akhlak anak. Disana anak diajarkan secara langsung bagaimana bertoleransi terhadap kondisi temannya yang berbeda darinya. Sehingga diharapkan, anak dapat lebih berempati dan memiliki akhlak yang baik kepada sesama manusia.
1. Memiliki Teman Berbeda Keyakinan
Sekolah yang memiliki sistem inklusif biasanya memiliki siswa dari berbagai ras, agama dan kondisi fisik. Disekolah tersebut anak dapat berbaur berteman dengan anak dari berbagai latar belakang. Sehingga anak dapat mengenal dan menghargai keyakinan yang dimiliki oleh teman – temannya tanpa mengganggu keyakinan nya.
2. Memiliki Teman Berkebutuhan Khusus
Satu hal yang membuat sekolah yang menerapkan sistem pendidikan inklusif spesial dibading sekolah lainnya. Sekolah tersebut membuka kesempatan luas untuk anak – anak berkebutuhan khusus bersekolah disana, tanpa membedakan status dengan anak normal lainnya. Tidak ada sinis, perundungan dan stigma disana. Karena setiap anak berkebutuhan memiliki guru pendamping untuk memudahkan segala keterbatasan mereka. Guru pendamping juga menanamkan nilai – nilai toleransi kepada anak – anak normal, sehingga mereka dapat menghargai teman mereka yang berkebutuhan khusus.
3. Anak Menjadi Peka dan Berakhlak
Anak yang telah memiliki pemahaman toleransi yang baik, akan lebih peka terhadap kondisi orang – orang disekitarnya. Mereka tidak gampang melakukan penilaian sepihak kepada orang lain, bahkan mereka dapat menularkan nilai – nilai toleransi pada teman – temannya. Sikap toleransi yang telah terbentuk sejak masa anak – anak tersebut, akan melekat dengan baik dalam dirinya. Sehingga diharapkan anak tersebut memiliki akhlak yang baik dan mudah berbaur dengan masyarakat. Dengan berbagai macam latar belakang dan kondisi yang berbeda satu sama lain.
4. Anak Normal Bersyukur, Anak ABK Percaya Diri
Sistem sekolah inklusi tidak hanya memberikan keuntungan kepada anak – anak normal. Anak – anak berkebutuhan khusus yang mendapatkan pendidikan inklusif, akan menjadi lebih percaya diri. Mereka tidak gampang minder dan lebih mudah untuk memposisikan dirinya ditengah masyarakat. Aku sendiri telah menerapkan inklusif pada anakku sejak dini, aku dampingi dia bertemu banyak orang dan berteman dengan anak – anak normal. Hal tersebut sangatlah berdampak positif untuknya, seperti kemampuan bicaranya yang meningkat dan dia lebih semangat untuk melakukan berbagai gerak tubuh ditengah keterbatasannya.
Anak – anak normal yang bergaul dan memiliki teman yang berkebutuhan khusus dapat merasakan syukur terhadap apa yang tuhan beri untuknya. Sehingga, diharapkan anak jadi lebih optimis dan tidak gampang mengeluh dengan kondisi kehidupannya. Jika anak berteman secara inklusif disekolah, maka guru pendamping dari anak berkebutuhan khusus yang mengajarkan nilai – nilai tersebut. Sedangkan, jika anak berteman secara inklusif di lingkungan sosial diluar sekolah, maka kita sebagai orang tua lah yang harus menanamkan nilai – nilai tersebut.
Baca Juga : Anak Berkebutuhan khusus yang Menggunakan NGTube
Semua Orang Memiliki Hak Sama
Semua orang didunia ini memiliki hakyang sama satu dengan yang lain, baik itu dalam hal kesempatan pendidikan, pekerjaan maupun pergaulan sosial. Inklusif mengajarkan anak toleransi terhadap orang lain disekitarnya tanpa membedakan, kondisi dan latar belakangnya. Sehingga terciptanya kerukunan serta terhapusnya stigma dan perundungan.
Terimakasih Sudah Membaca
See You
Sepakat saya kalau toleransi bukan hanya tentang agama. Apalagi Indonesia yang sangat beragam maka sudah jelas pendidikan inklusif sangat dibutuhkan.
setju mas.
Apakabar anaknya mba? Semoga sehat terus yah. Artikel tentang inklusif ini sangat membantu saya dalam memahami masalah seperti ini. Makasih sharenya ya mba
alhamdulillah sehat Haneen mba…
Aku setuju, kak Putri. Penerimaan atas perbedaan harus ditanamkan sejak dini sama anak, istilahnya kita kudu adil sejak dalam pikiran. Makasih insightnya ya.
terimakasih kembali kak
Perundungan sudah sejak kaman dahulu memang terjadi. Saat ini makin marak ya mba. Kebetulan dulu sekolah anakku waktu paud dan TK banyak interaksi dengan anak yang sekolah inklusi. Karena satu yayasan. Dari situ kami selalu mengedukasi anak-anak tentang perbedaan dan toleransi.
benar mba, sejak dulu sudah ada perundungan ini, terlebih di era sosial media ini.
Aku setuju banget mba, apalagi sekarang ini banyak kasus-kasus intoleransi terjadi, dengan mengajarkan mereka sejak dini bisa meminimalisir kasus serupa terjadi dikemudian hari. Semoga kita semua saling menghargai setiap perbedaan
aamiin, semoga kita selalu bisasaling menghargai perbedaan mba.
Iya mba setuju toleransi ini bukan cuma tentang agama saja, tapi di berbagai aspek pun harus saling bertoleransi agar sama-sama hidup rukun dan saling menghargai. Dan pendidikan inklusif di sekolah tentang toleransi ini memang penting sekali
Betul mba, menurut saya pun pendidikan inklusi ini sangat penting
Sangat penting mengajarkan anak toleransi agar ketika besar tidak mudah terserang paham radikal
setuju mba
Aih iya yaa.. inklusif ini pun salah satu hal yang bisa mengajarkan toleransi pada anak sejak di sini. Saya teringat seorang teman yang anaknya diikutkan sekolah inklusi. Kebayang gimana teman-teman sekelasnya bisa belajar toleransi dari kondisi tersebut.
Toleransi bisa diterapkan di semua hal bukan hanya soal agama ya kak, setuju banget nih.
Apalagi kurang toleransi bisa menyebabkan adanya bullying dll aq paling nggak setuju tuh
iyak betul, mbak. mengajarkan anak tentang perbedaan ini penting banget. nggak usah jauh2 bicara tentang agama, wong anak aja bisa punya perbedaan pendapat ama ortunya hihi 🙂