Naik Pesawat Di Masa Pandemi, Terbang Lagi Bersama Haneen

terbang lagi pandemi naik pesawatDunia penerbangan menjadi sangat sepi di masa pandemi ini, bahkan bandara sempat ditutup pada awal-awal pandemi. Memutuskan untuk naik pesawat di masa pandemi ini memang pilihan yang berat untukku yang memiliki anak balita berkebutuhan khusus. Karena bandara dan pesawat merupakan tempat yang sangat rentan terjadinya penularan virus covid-19. Dimana bandara menjadi tempat bertemunya banyak manusia yang dari berbagai daerah yang berbeda. Aku sendiri terpaksa harus melakukan penerbangan di masa pandemi dikarenakan kondisi kesehatan anakku yang harus mendapatkan penanganan segera.

Terbang Lagi Bersama Haneen

Februari 2020 lalu, seharusnya aku dan Haneen seharusnya pergi ke Surabaya untuk melanjutkan program pengobatannya. Namun, apa mau dikata awal Februari Haneen harus opname selama 2 minggu dikarenakan pneumoni aspirasi. Tak cukup sampai disitu, setelah Haneen selesai opname dan sembuh dari sakitnya, ternyata pandemi mulai masuk ke Indonesia. Semua orang diseluruh Indonesia panik, mulai dari penutupan berbagai tempat publik hingga masyarakat yang memborong berbagai keperluan pokok. Aku sendiri saat awal pandemi tidak terfikir tentang kebutuhan pokok, namun aku menjadi sangat menjaga kebersihan. Setiap kali keluar rumah walau ke teras, aku langsung mencuci pakaian yang aku gunakan kemudian langsung mandi. Alhasil yang biasanya aku bisa nyuci 3 hari sekali, sejak pandemi ini aku mencuci baju setiap hari. Tak hanya itu, yang tadinya aku mandi maksimal 2 kali sekari, aku jadi mandi 4 sampai 5 kali sehari sejak pandemi ini.

Hal tersebut membuat aku benar-benar waspada dengan menjaga kebersihan dan memutuskan untuk tinggal didalam rumah saja. Kondisi tersebut tentu saja membuat rencanaku untuk membawa Haneen Ke Surabaya jadi tertunda. Jangankan untuk pergi keluar kota, keluar rumah aja Haneen g pernah selama 5 bulan pandemi (awal bulan Maret sampai dengan akhir bulan Agustus)

Baca Juga : Haneen Opname Karena Pneumoni Aspirasi

Keharusan Mengalahkan Kekhawatiran

Setelah 5 bulan Haneen tidak keluar rumah sama sekali, akhirnya pada akhir bulan Agustus kami membawanya keluar rumah. Hal tersebut dikarenakan haneen mengalami patekie pada kulit tubuhnya, yang membuat kami harus membawanya ke laboratorium Prodia, untuk melakukan pengecekan darah lengkap, fungsi hati dan fungsi ginjal. Dan ternyata hasilnya Trombositnya sangat rendah, sehingga kami harus segera melakukan berbagai tindakan untuk meningkatkan kadar trombositnya.

Setelah selesai urusan trombosit, pada bulan september aku melihat ada gerakan-gerakan kejang dan involunter yang terjadi pada Haneen. Aku pun langsung saja membawanya melakukan pemeriksaan EEG, dan ternyata benar saja hasilnya adalah kejang yang sangat sering intensitanya. Selain EEG, akupun melakukan pemantauan kejang pada anakku dengan cara melakukan pencatatan setiap ada gerakan kejang pada anakku. Hasilnya, anakku mengalami kejang antara 20 – 30 kali per harinya.’

Tak Ayal lagi, akupun memutuskan untuk segera membawa Haneen ke Surabaya, untuk menemui dokter yang selama ini mengheandle kondisi anakku. Setelah melakukan Rapid test dan pemesanan tiket pesawat, aku langsung menyiapkan semua barang-barang yang diperlukan dan semua berkas dokumen kesehatan Haneen. Segala kekhwatiran tentang pandemi covid aku kesampingkan dari pikiranku, yang aku tau saat itu bagaimana cara nya agar anakku mendapatkan pengobatan dan penanganan secepatnya. Berharap agar kejangnya segera teratasi dan kondisi anakku semakin membaik.

terbang lagi naik pesawat pandemi

Membawa Bagasi 46 Kg dan Kabin 17 Kg

Malam sebelum aku berangkat terbang lagi bersama Haneen, Ibuku sangat panik melihat barang yang aku bawa sangatlah banyak. Walaupun aku dan Haneen memiliki free bagasi 40 Kg kalau ditotalin, ibuku masih tetap merasa kalau barang yang aku bawa lebih 40 Kg. Sehingga, beberapa barang yang ada didalam koperku dikeluarkan oleh ibuku untuk mengurangi beban bagasi yang ku bawa. Ibuku bilang barang-barang yang berat seperti bouncer dan kursi makan Haneen ditinggal saja. Nanti dikirim pakai ekspedisi saja bersama barang lainnya yang mungkin diperlukan agar biayanya lebih murah. Akupun nurut aja dengan apa yang dibilang sama ibuku, walaupun saat itu aku merasa barang-barang yang aku bawa itu tidak sampai 40 kg.

Ternyata setelah sampai ke bandara benar saja dugaan ibuku, dirumah malam itu. Ternyata barang bagasi yang aku bawa saat itu mencapai angka 42 Kg, terdiri dari 2 buah koper berukuran besar yang hampir jebol resletingnya. Sementara barang yang aku bawa ke kabin sebanyak 17 Kg yang terdiri dari satu buah tas ransel yang resletingnya hampir jebol juga, tas slingbag yang berisi peralatan makan haneen dan satu buah stroller. Alhasil aku harus menambah biaya bagasi sebanyak 2 KG saat itu. Kebayang dong kalau aku tidak menuruti apa kata ibuku, kebayang dong berapa biaya bagasi tambahan yang harus aku bayar.

Menghandle Semuanya Sendiri

Terbang berdua dengan Haneen memang bukan hal baru untukku, sejak usia Haneen 6 bulan aku sudah sering terbang hanya berdua dengannya. Menghandle anak dan semua barang-barang sendirian sudah menjadi hal yang biasa. Namun, ternyata terbang kali ini sangat berbeda dari biasanya dan banyak hal tidak sesuai dugaanku. Selain adanya prosedur pemeriksaan saat pandemi ini, perubahan bandara Syamsudin Noor yang berubah total dibuat bangunan baru yang sangat bagus. Yang dulunya bandaranya kecil, sekarang menjadi sangat besar seperti bandara di kota besar lainnya. Hal tersebut benar-benar membuatku kelelahan pagi itu, membawa barang yang sangat banyak sambil menggendong anak sendirian.

Tak hanya sampai disitu, pagi itu aku tidak sempat makan apapun sebelum pergi ke bandara. Karena kesalahanku sendiri yang berfikir nanti dibandara bisa seperti biasanya, saat terbang sebelum pandemi. Biasanya ketika sampai ke Bandara, aku titip Haneen sama ibuku, lalu aku masuk sendirian check-in dan memasukan bagasi. Kemudian aku keluar lagi menemui orang tua dan adik-adikku yang mengantar. Biasanya selama menunggu satu dua jam aku dapat makan dulu bersama mereka. Setelah selesai makan barulah aku membawa anakku masuk ke ruang tunggu, sehingga tidak kelimpungan membawa banyak barang dan anak sekaligus. Ternyata kali ini berbeda, karena protokol pemeriksaan covid, aku diharuskan langsung masuk ke ruang tunggu, dan tidak boleh keluar lagi. Aku sempat kebingungan bagaimana caranya membawa masuk semua barang-barang ku dan anakku sekaligus. Beruntungnya allah beri aku orang-orang baik yang menolongkku saat itu.

Sarapan Kesiangan

Dikarenakan setelah check-in aku harus langsung masuk ruang tunggu dan tidak bisa keluar lagi menemui ibuku, akupun tidak sempat sarapan pagi itu. Rencana awalnya aku mau makan didalam mobil, makanan yang dibawa ibuku dari rumah bersama keluargaku. Karena pagi itu selesai sholat subuh kami langsung menuju bandara tanpa sarapan terlebih dahulu. Lengkaplah sudah pagi itu untukku, aku harus berjalan kaki dibandara membawaa anak dan semua barang bawaan ku dengan perut yang terasa lapar.

Sesampainya di Bandara Juanda Surabaya, aku langsung menelpon temanku Mas Rendra untuk mengabarkan bahwa aku telah sampai dibandara. Ternyata dia sudah menungguku di terminal kedatangan Bandara Juanda. Temanku langsung tertawa melihatku membawa barang yang sangat banyak saat itu. Masuk ke dalam mobil, aku langsung bilang ke Mas Rendra kalau aku sangat kelaparan saat itu. Aku langsung memintanya untuk menuju restoran fast food yang ada fasilitas drive thru, agar bisa segera makan di mobil. Setelah membeli makanan, aku langsung menghabiskan semua makanan yang ku beli, saat menuju perjalanan ke kost tempat tinggalku.

new normal terbang lagi

5 Hal yang Perlu Disiapkan Naik Pesawat Saat Pandemi

Naik pesawat di masa pandemi ini memang sedikit berbeda dibandingkan dengan sebelum pandemi. Setidaknya ada 5 hal yang perlu disiapkan sebelum pergi terbang lagi. Hal tersebut agar kita semua dapat tetap melakukan aktifitas terbang lagi tanpa membahayakan diri dari tertular Covid-19. Aku sendiri menyiapkan dan menerapkan semua hal tersebut ketika aku terpaksa harus terbang lagi bersama anakku.

1. Memastikan Dalam Kondisi Sehat

Paling penting ini diantara semuanya, kita harus pastikan diri kita benar-benar sehat, tanpa gejala sakit apapun saat memutuskan untuk terbang lagi. Karena naik pesawat selama pandemi berpotensi tinggi untuk tertular Covid-19. Sedangkan tubuh yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang baik sangat rentan untuk terinfeksi virus tersebut.

Baca Juga : Staycation Bersama Anak Di masa Pandemi

2. Hasil Rapid Test Non Reaktif

Salah satu persaratan untuk terbang saat aku terbang lagi bersama anakku (bulan September), adalah harus membawa hasil Rapid Test yang non reaktif. Dua hari sebelum berangkat, aku dan anakku melakukan rapid test di Rumah Sakit Ciputra Mitra Hospital Banjarmasin. Jujur aku sangat gugup dengan hasilnya. Aku takut hasilnya reaktif dan akan membuat kami berdua tidak dapat terbang. Sedangkan kondisi kejang Haneen sudah semakin parah dan tiket sudah dibeli. Kan eman banget duit beli tiket kebuang, kalau tidak jadi berangkat (pemikiran emak-emak banget kan hihi). Mungkin sepertinya buat teman-teman yang mau berangkat ada baiknya cek Rapid atau Swab dulu sebelum berangkat, setelah keluar hasilnya langsunglah membeli tiket.

3. Menerapkan Protokol Kesehatan Lebih Ketat

Selama pandemi Covid-19 ini, kita semua wajib menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah dan WHO, sebagai ikhtiar agar dilindungi tuhan dari infeksi Covid-19. Dimanapun kita berada 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) harus selalu dilakukan. Terlebih ketika kita berada di bandara untuk terbang lagi. Dimana kita akan bertemu banyak orang dari berbagai daerah asal yang berbeda, dan  tentu saja sangat berpotensi besar kemungkinan membawa virus tersebut.

naik pesawat diantar keluarga4. Menginstal Aplikasi eHAC Indonesia

Satu hal yang menurutku sangat penting untuk dilakukan saat melakukan penerbangan ketika pandemi, yaitu menginstal aplikasi eHAC Indonesia. eHaC Indonesia merupakan singkatan dari Electronic Health Alert Card Indonesia, merupakan kartu kewaspadaan kesehatan versi modern. Kartu ini berbentuk aplikasi yang dapat di unduh di playstore maupun appstrore yang ada di ponsel kita. Setiap orang yang akan melakukan perjalanan dalam negeri melalui laut maupun udara, wajib mengisi eHAC secara lengkap. Nantinya akan diperiksa ketika dibandara. Aku sendiri mendapat saran dari temanku yang telah melakukan penerbangan ketika pandemi, untuk mengisi eHAC terlebih dahulu dirumah sebelum berangkat. Hal tersebut agar aku tidak kelimpungan lagi saat dibandara, dimana kondisiku harus terbang sendiri bersama anak balita. Dan benar saja, dengan mengikuti sarandari temanku, aku jadi lebih mudah saat dibandara, ketika orang-orang antri untuk mengisi kartu kewaspadaan kesehatan, aku hanya tinggal menunjukan aplikasi eHAC yang ada diponselku saja.

5. Datang Ke Bandara Lebih Awal

Saat kita harus melakukan perjalanan udara saat pandemi ini, kita harus datang ke bandara lebih awal dibandingkan ketika kita terbang sebelum masa pandemi. Agar kita dapat memiliki cukup waktu jika ada berbagai hal tidak terduga yang mungkin saja terjadi. Terutama jika membawa anak dan barang-barang yang cukup banyak seperti aku. Aku sendiri kemarin sempat lama sekali pemeriksaan dibandara, karena aku membawa anakku yang berkebutuhan khusus dan menggunakan NGTube untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Aku jelaskan semua kondisi anakku, aku tunjukan semua berkas kesehatan anakku dan aku tunjukkan semua peralatan medis yang lengkap aku bawa.

Naik pesawat dimasa pandemi merupakan kegiatan yang berisiko tinggi terhadap infeksi Covid-19. Oleh karena itu jika memang hanya untuk jalan-jalan ataupun liburan, ada baiknya ditunda dulu perjalanan terbang lagi, terlebih bersama anak. Namun, jika memang ada hal darurat yang mengharuskan untuk naik pesawat dimasa pandemi ini. Kita semua wajib menyiapkan segalanya dengan baik sejak dirumah, dan menjalankan protokol kesehatan semaksimal mungkin.

putri haneen dot com

25 thoughts on “Naik Pesawat Di Masa Pandemi, Terbang Lagi Bersama Haneen”

  1. Karena udah terbiasa jadi walaupun kondisinya agak beda, bagi Putri & Haneen semoga bisa beradaptasi ya. Baik dalam perjalanan maupun selama rawat inap & jalan.

  2. Semogaaaa semua sehaaatt ya.
    Karunia sehat ini luar biasa bangettt
    Naik pesawat di masa pandemi memang rada bikin was-was.
    Tapiii, Bismillah, semoga semua lancar jaya!

    1. luar biasa mba maria bisa bawa 2 balita melakukan perjalanan. benar-benar repot sekali pasti mba. Saya bawa satu orang balita saja rasanya sangat repot.

  3. Prosedur terbang selama pandemi ini memang cukup merepotkan, dan yang pasti harus datang paling awal karena mesti rapid test dulu. Kecuali sudah rapid tes di luar, pas ke bandara tinggal bawa surat hasilnya saja, jadi nggak kepontang panting di bandara.

    Aku baru sekali terbang selama pandemi ini, sama anak juga, pas ke Belitung.

    Ohya, bawaannya memang banyak banget mbak 😀
    Untunglah banyak yang nolong ya pas mau check in

    1. betul mba, prosedurnya memang sedikit merepotkan. jadi untuk mengurangi kerepotan tersebut saya melakukan tes sebelum ke bandara dan juga mengisi data di aplikasi EHAC di smartphone. sehingga sedikit mengurangi kerepotan dibandara.

  4. halo mba Putri, luar bisa sekali perjuanganmu dari sebelum menuju Bandara hingga sampe ke Juanda dengan selamat. Bawa anak dan barang sebanyak itu sendiria. Alhamdulillah ada orang baik yang bantu. Akhirnya makan juga di mobil ya. Salut Ibu tangguh. Semoga pengobatan anaknya di Surabaya lancar ya mba, nggak menemui banyak kendala meski saat ini masih pandemi. Semoga Allah selalu menjaga mba dan putrinya. Jadi keinget dulu anakku yang ngalami oral motor disorder jadi kami sering kontrol ke Rumah Sakit.

  5. Urusan transportasi memang gak semudah yang kita bayangkan ya Mbak. Apalagi menggunakan pesawat terbang dimana kita berada di 1 tempat tertutup bersama orang banyak selama berjam-jam. Dan itu butuh perjuangan dan kehati-hatian yang tinggi.

  6. Wah, ga terbayang ya mba, repotnya naik pesawat di masa pandemi kayak gini
    Apa lagi bawa anak sendirian dan barangnya banyak banget itu
    Alhamdulillah, Allah mempermudah semuanya…

    Sehat-sehat selalu ya Mba dan Haneen 🙂

  7. Gak terbayang riweuhnya harus bepergian naik pesawat hanya dengan anak. Apalgi sikon kayak gini ya mba.
    Selalu sehat utkmu & kelurga mba, aamiin

  8. Semoga Haneen diberikan kesehatan ya mbak Putri,
    aku bepergian bawa diri sendiri plus satu koper di cabin plus ransel aja repot, gimana ini bawa anak dan stroller! You are such an amazing woman, and a beautiful mother for Haneen!

    insya Allah barakah ya mbak

  9. Baca ini buat aku jadi ingat tragedi pesawat sriwijaya kemaren. Semoga kita selalu diberi keselamatan ya dimana pun kita berada. Aamiinn

  10. aamiin,,, terimakasih banyak simbok doanya, semoga allah selalu mudahkan segala urusan simbok…

    ada mba sebagian besar tulisan diblog ini tentang haneen. ada tulisan cerita tentang haneen dari dalam kandungan sampai usia dua tahun dalam menu “Haneen” di blog ini.

Comments are closed.

Scroll to Top